Rabu, 11 Mei 2011

hypnoteaching

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tantangan yang dihadapi oleh indonesia pada masa mendatang adalah masalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dengan persaingan yang sangat tinggi akan menentukan posisi bangsa ditengah-tengah bangsa lain. Oleh karena itu pendidikan salah satu kunci untuk meningkatkan kualitas SDM. Sebab pendidikan merupakan salah satu indikator untuk menentukan maju atau mundurnya suatu bangsa.
Sumber Daya Manusia telah disadari, dikembangkan dan dihasilkannya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UUSPN, 2003). Dengan demikian pendidikan berfungsi sebagai alat yang strategies dalam pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena kualitas pendidikan dapat dihasilkan oleh profesionalisme para dosen dalam proses pembelajaran yang terdapat di dalam kelas maupu di luar kelas.
Sumber Daya Manusia adalah suatu kondisi dimana manusia yang ada memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengelola sumber daya yang ada. Untuk merealisasikan peningkatan sumber daya manusia yang dicapai melalui sistem pendidikan yang memungkinkan untuk pencapaian penguasaan ilmu pengetahuan tersebut.
Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) menjelaskan bahwa kebijakan pendidikan diarahkan untuk: mengembangkan SDM sedini mungkin secara terarah, terpadu, dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lingkungan sesuai dengan potensinya. Tugas pokok dari perguruan tinggi adalah mendidik dan mengajar, disamping membantu orang tua memandirikan anak didik. Perguruan tinggi merupakan suatu keadaan dan situasi pendidikan dalam suatu sistem yang dapat membuat siswa bebas berkembang sesuai dengan kemampuannya.
Peranan lembaga perguruan tinggi adalah mencetak para mahasiswa yang benar-benar dapat berperan serta dalam proses pembangunan dimasa mendatang. Sehingga kualitas pendidikan dapat dihandalkan dimasa mendatang. Salah satu komponen yang ada di lembaga perguruan tinggi yang terpenting yang memiliki tanggung jawab yang besar adalah kedudukan dan peran dosen. Dosen dipandang sebagai komponen yang penting dan bertanggung jawab di dalam proses pembelajaran. Tercapai tidaknya tujuan pendidikan di lembaga pendidikan sangat tergantung oleh kemampuan dosen dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Peran dosen dalam keseluruhan program pendidikan di perguruan tinggi adalah untuk untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu perkembangan mahasiswa secara optimal baik pada aspek kognitif, aspek, efektif maupun aspek psikomotorik. Untuk maksud itu bahwa bahwa peranan dosen mencakup tiga layanan, yaitu: layanan instruksional, layanan administrasi dan layanan akademik sosial pribadi. Kerja layanan ini menjadi tugas pokok seorang dosen yang dapat digambarkan dalam gambar berikut ini:







Gambar 1: Layanan Tugas Dosen
Layanan instruksional merupakan tugas utama dosen, sedangkan layanan administrasi dan layanan bantuan merupakan pendukung tugas utama dosen. Layanan instruksional berkaitan dengan sistem pembelajaran yang ada didalam kelas. Peran dosen dikampus sangat besar yaitu sebagai pengganti orang tua sementara, sehingga dosen adalah orang tua kedua dalam proses pembelajaran. Sebagai orang tua maka tugas dan tanggung jawab dosen bukan hanya panggilan jiwa. Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa dosen adalah cerminan pribadi yang mulia. Figur dosen yang demikian itulah yang diharapkan sebagai teladan siapapun peserta didiknya.
Figur dosen yang teladan adalah contoh yang mulia bagi mahasiswa, sebagai mana tugas yang mulia tersebut adalah bimbingan bagi mahasiswa, mendengarkan keluh mahasiswa, menasehati mahasiswa, membantu kesulitan mahasiswa, terutama masalah materi pelajaran, merasakan kedukaan mahasiswa, besama-sama dengan mahasiswa pada waktu senggang berbicara dan bersenda gurau di kampus. Dosen harus merasakan bahwa mahasiswa merupakan bagian dari kehidupannya, mereka satu dalam jiwa terpisah dalam raga, sehingga apa-apa yang dilakukan oleh dosen akan dengan lansung dilaksanakan oleh mahasiswa.
Bagi banyak orang, perguruan tinggi dianggap telah memberikan peran besar dalam kemandegan belajar yang universal, holistik dan menyeluruh, atau dalam bahasa Quantum Learning dikenal dengan sebutan Global Learning. Sistem belajar di perguruan tinggi hanya mengedepankan nilai dalam artian number (angka), bukan pada value (mentalitas-moralitas). Belajar di kelas terasa begitu kaku dan linier. Tugas dosen mengajar, mahasiswa diajar. Dosen menerangkan, mahasiswa mendengarkan. Dosen memberikan soal, mahasiswa mengerjakan. Rasa humor, permainan, sedikit canda tawa dimatikan. Belajar haruslah serius dan terkesan tegang, miskin senyuman. Bila ada mahasiswa yang banyak tanya, dosen menganggapnya mahasiswa bawel, cerewet, dan banyak omong. Intinya suasana belajar sangat membosankan. Mahasiswa merasa terpenjara oleh sistem pendidikan yang ada tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Dari kondisi kelas yang semacam inilah lahirnya banyak teori baru dalam pembelajaran dan pendidikan.
Quantum Learning, yang dipelopori oleh eksperimen Georgi Lozanov dari Bulgaria, berkutat pada persoalan “Suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsip dari eksprimen ini adalah bahwa sugesti dapat dan bisa memengaruhi hasil belajar dan setiap detail apapun dapat memberikan sugesti yang positif maupun negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti adalah mendudukan mahasiswa pada kondisi yang nyaman, memasang musik latar pada kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster, dan menyediakan dosen yang terlatih dalam seni sugestif.
Perkembangan lain dari Quantum Learning adalah Accelerated Learning atau pemercepatan belajar. Accelerated Learning diartikan sebagai aktivitas yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran dan kesehatan emosional. Semua unsur tersebut saling bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif. Baik dalam Quantum Learning maupun Accelerated Learning, kunci utama keberhasilannya ada pada permainan sugesti dan berpikir positif. Dan kunci keberhasilan ini pula yang dikembangkan dalam pembahasan Hypnoteaching pada thesis ini.
Disinilah pentingnya Hypnoteaching bagi para dosen dan mahasiswa. Hypnoteaching merupakan perpaduan dari konsep aktivitas belajar mengajar dengan ilmu hipnosis. Belajar akan terasa lebih menyenangkan, damai, tenang, rileks, dan enjoy. Andai saja para dosen dapat mengaplikasikan konsep pendekatan hypnosis yang kaya akan makna sugestif dalam dunia pendidikan dan pengajaran di kelas, tanpa harus mengurangi hakikat dari tujuan kurikulum. Hypnoteaching hanya bermain pada “proses pembelajaran” saja, bukan pada masalah filosofi dan kebijakan kependidikan. Nikmatilah kedamaian, kesejukan, rileksasi, dan ketenangan anda dalam kegiatan belajar mengajar melalui pendekatan Hypnoteaching.
B. Rumusan masalah
Secara umum dengan berlandaskan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana proses meningkatkan kemampuan dosen bahasa inggeris dalam mengajar dengan metode Hypnoteaching pada AKBID dan STIKES Ngudia Husada Madura Bangkalan”
Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan kedalam beberapa pertanyaan penelitian berikut ini:
1. Bagaimana tingkat kemampuan dosen menciptakan keajaiban diruang kelas dengan metode Hypnoteaching?
2. Bagaimana tingkat kemampuan dosen dalam mengajarkan materi bahasa inggeris dengan mudah serta cara melejitkan potensi mahasiswa dengan metode Hypnoteaching?
C. Batasan masalah
Dengan mengacu kepada permasalahan penelitian ini, maka perlu kiranya penulis ingin menjelaskan tentang pokok yang digunakan dalam penelitian.hal ini dilakukan sebagai suatu upaya untuk menghindari persepsi dan interprestasi yang berbeda dalam memahami isi penelitian.
1. Upaya dosen dalam meningkatkan keseluruhan tindakan yang terdiri dari aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik yang dilakukan dalam melaksanakan pembelajaran didalam kelas, keahlian serta kompetensi yang dimilikinya. Serta mampu melakukan berbagai macam kegiatan konkrit yang dijadikan acuan oleh mahasiswa agar dapat menunjang kegiatan belajar mengajar supaya tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik dan menyenangkan.
2. Kemampuan dosen adalah suatu eksistensi keseluruhan yang dimiliki oleh dosen baik menyangkut aspek kognitif , efektif, maupun psikomotorik yang dimiliki oleh dosen sehingga menjadi suatu kepribadian “personality” dosen yang dapat diaplikasikan kepada mahasiswa dalam bentuk pemikiran, ucapan, tindakan, dan perilaku dosen secara keseluruhan, sehingga menjadi teladan dan motivasi belajar kepada mahasiswanya dalam berpikir, berbicara dan berprilaku supaya belajar mahasiswa menjadi baik dan bisa meningkatkan prestasi mahasiswa.

D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memproleh ekplanasi (penjelasan) tentang upaya dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas melalui berbagai pendekatan-pendekatan baik secara teori maupun praktek. Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat kemampuan dosen dalam melakukan pembelajaran yang menyenangkan. Serta mengetahui upaya dosen dalam melaksanakan khususnya memberikan pembelajaran dengan metode Hypnoteaching.
2. Mengetahui tingkat kemampuan dosen dalam mengajarkan materi bahasa inggeris dengan mudah. Serta mengetahui cara melejitkan potensi mahasiswa khususnya dalam pembelajaran dengan metode Hypnoteaching.
E. Mamfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bertujuan untuk memperoleh masukan berupa cara perbaikan yang dilakukan dosen dalam melakukan pembelajaran yang menyenangkan. Dosen memiliki pemahaman yang besar terhadap pentingnya metode Hypnoteaching sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar sehingga diharapkan akan mengingkatkan tercapainya tujuan pendidikan. Adapun mamfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Secara teoritis bahwa konsep Hypnoteaching merupakan perpaduan dari konsep aktivitas belajar mengajar dengan ilmu hipnosis yang kaya akan makna sugestif dalam dunia pendidikan dan pengajaran di kelas tanpa harus mengurangi hakikat dari tujuan kurikulum.
2. Secara praktis akan memperoleh gambaran kemampuan dosen dalam pembelajaran bahasa inggeris dengan metode Hypnoteaching secara efektif dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
F. Kerangka Berpikir
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu: manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan ikut serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UUSPN 2003).
Untuk tercapainya tujuan pendidikan tersebut, maka peran serta dosen sangat besar sehingga akan membentuk yang dikehendaki oleh tujuan diatas. Secara sadar maka pendidikan yang dikehendaki bukan hanya menunjukkan kualitasnya saja tetapi juga kualitas efektifnya. Tujuan pendidikan nasional merupakan arah bagi pelaksanapendidikan yang ada di Indonesia, serta menjadi acuan setiap lembaga pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasioanal diperlukan tujuan yang lebih khusus yang dapat menjabarkan tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional khusus dan tujuan instruksional umum.
Perguruan tinggi sebagai ujung tombak keberhasilan tujuan pendidikan secara umum diharapkan mampu melahirkan para lulusan yang diharapkan. Kualitas dosen merupakan unsur penting yang dapat meningkatkan kualitas lulusan lembaga pendidikan. Dosen yang profesional adalah dosen yang mampu melaksanakan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran dengan baik, karena itu seorang dosen harus memiliki beberapa kemampuan sebagai berikut:
1. Personality (Kepribadian)
Kata lain dari istilah kepribadian adalah kemampuan dan keahlian (kompetensi) yang dimiliki oleh setiap dosen. Kompetensi yang dimiliki meliputi aspek kognitif, aspek efektif, dan aspek psikomotorik (muhibbin syah, 1996). Kompetensi juga menunjuk kepada profesional dosen, yaitu kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik dan kemampuan tinggi. Dan juga menjunjung kode etik dosen. Kode etik (tata aturan yang disepakati dan dijunjung tinggi). Dosen yang memiliki kemampuan di bidang keguruan memiliki juga hal sebagai berikut:
a. Self Concept (Konsep Diri)
Yaitu merupakan totalitas sikap dan persepsi dosen terhadap dirinya sendiri. Keseluruhan sikap dan pandangan tersebut dapat dianggap deskripsi (pemaparan gambaran) kepribadian dosen yang bersangkutan. Dosen yang profesional memerlukan “Self Concept” yang tinggi yang demikian dalam mengajar dan mendidik akan lebih cenderung memberi peluang yang luas untuk bereksprsi kepada mahasiswanya.
b. Self Efficacy (Efikasi Diri)
Adalah keyakinan dosen terhadap efektivitas kemampuannya sendiri dalam membangkitkan semangat dan gairah kegiatan belajar para mahasiswanya. Keyakinan dosen terhadap kemampuannya sebagai pengajar dan pendidik yang profesional bukan hanya dalam menyajikan materi pelajaran saja, melainkan dalam mengdayagunakan keterbatasan ruang, waktu, alat dan sarana prasarana untuk kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang dikutip oleh Muhibbin Syah (1996) tentang keyakinan ini, menjelaskan bahwa dalam penelitian yang melibatkan 2.043 orang dosen program S1 diperoleh fakta bahwa keyakinan terhadap kemampuan pribadi dosen dalam membangkitkan potensi dan minat mahasiwanya berkorelasi positif dan signifikan (mempunyai hubungan yang kuat), dengan hasil belajar mahasiswanya. Artinya responden yang berkeyakinan bahwa dirinya mampu mengajar dan menyingkirkan segala hambatan pengajaran yang ada telah menimbulkan gairah belajar mahasiswa.
c. Self Acceptance Attitude (Sikap Penerimaan Terhadap Diri Sendiri)
Sikap ini adalah kecenderungan nilai yang diterima terhadap dirinya sendiri berdasarkan penilaian lugas dan bakat kemampuannya. Sikap penerimaan terhadap dirinya sendiri ini diiringi oleh rasa puas terhadap kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri dosen tersebut. Sikap ini dalam pelajaran agama Islam disebut Qona’ah. Berkaitan dengan kepribadian Winkel, (1996). Menyebutkan bahwa seorang yang memiliki kepribadian yaitu, mereka yang mampu melaksanakan fungsi kognitif, fungsi efektif dan fungsi sensorik-motorik.
2. Tugas Kelembagaan
Dosen yang profesional adalah dosen yang memiliki kemampuan melaksanakan tugas-tudas kelembagaan secara optimal. Tugas yang diembannya bukan hanya didasarkan kepada panggilan pekerjaan, tetapi juga merupakan panggilan kata hatinya untuk memberikan pengabdian yang terbaik bagi bangsa melalui dunia pendidkan .
Berdasarkan keputusan kongres PGRI ke XIII di Jakarta tanggal 25 November tahun 1973 tentang kode etik dosen diharapkan dosen terpanggil untuk menunaikan tugas dosen dengan berpedoman kepada dasar-dasar yang merupakan kesepakatan dari kongres PGRI ke XIII tahun 1973 di Jakarta, petikannya adalah:
a. Dosen berbakti membimbing mahasiswa seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang berpancasila
b. Dosen memiliki kejuruan profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan mahasiswa masing-masing.
c. Dosen mengadakan komunitas terutama dalam memperoleh informasi tentang mahasiswa, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan

3. Hubungan Komunikasi (Human Relations)
Dalam kaitan ini bagaimana seorang dosen mampu memposisikan dirinya untuk dapat melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya (Job Description) hubungan yang erat yang dibangun oleh dosen secara baik akan dapat membangun kinerja dengan optimal. Dosen tidak hanya mampu melakukan tugas-tugas dengan baik, tetapi bagaimana mampu melakukan kemitraa dengan sesama profesinya, melakukan tugas yang baik sesuai yang ditugaskan oleh atasanya, menghargai kepada bawahan, dan memberikan membimbing dan pembinaan kepada mahasiswanya.
Komunikasi yang dimaksud diatas meliputi dua ruang lingkup sebagai berikut:
a. Lingkup internal, yaitu hubungan dan komunikasi yang dilaksanakan dengan pihak-pihak yang terlibat dengan pekerjaannya(Stokeholders) baik secara lansung dan tidak lansung
b. Lingkup eksternal, yaitu hubungan komunikasi dengan lingkungan pergaulan diluar kerjanya, terutama dengan masyarakat sekitar “human relation” merupakan factor yang dominan untuk pengembangan suatu lembaga pendidikan.























BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hypnoteaching
Konsep Hypnoteaching merupakan substansi yang harus dikuasai oleh setiap dosen dalam mengajar. Masalah ini merupakan bagian kajian dari konsep Hypnoteaching pada dosen bahasa Inggeris. Dosen sebagai bagian dari elemen yang ada dalam setiap perguruan tinggi merupakan suatu sosok yang sangat besar untuk terwujudkan perguruan tinggi yang maju dan profesional. Oleh sebab itu maka dosen dituntut bukan hanya melakukan proses pembelajaran, tetapi meciptakan keajaiban didalam kelas serta melejitkan potensi mahasiswa yang ada dalam Hypnoteaching. Maka pada bagian ini kita akan melihat kemampuan dosen bahasa inggeris dalam konsep Hypnoteaching.
1. Pengertian Hypnoteaching
Saat ini, istilah Hypnotherapy maupun Hypnoparenting seringkali muncul dan dibahas. Kini muncul satu istilah baru lagi, Hypnoteaching. Sebenarnya apa sih hypnoteaching itu? Sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik dan menarik untuk kita bahas secara mendalam. Mengapa kita perlu memelajari hal ini? Bukankah keterampilan dosen sudah lengkap dengan adanya keterampilan metode dedaktik? Ternyata itu semua belum lengkap.
Hypnosis berasal dari kata “Hypnos” yang merupakan dewa tidur orang Yunani. Kata “hypnosis” pertama kali diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter ternama di Inggris yang hidup antara tahun 1795-1860. Sebelum masa James Braid, hypnosis dikenal dengan nama mesmerism/magnetism. Beberapa defenisi tentang Hypnosis atau yang sudah di Indonesiakan menjadi:
a. Hipnosis adalah teknik atau praktik dalam memengaruhi orang lain untuk masuk ke dalam kondisi trance hipnosis
b. Hipnosis adalah suatu kondisi di mana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga tingkat sugestibilitas (daya terima saran) meningkat sangat tinggi
c. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk memengaruhi seseorang sehingga mengubah tingkat kesadarannya. Dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak dari Beta menjadi Alpha dan Theta.
d. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mengeksplorasikan alam bawah sadar.
e. Hipnosis adalah kondisi kesadaran yang meningkat
Defenisi hipnosis yang dibuat oleh United State Department of Education, Human Services Division, adalah: “hypnosis is the by-pass of the critical factor of the concious mind followed by the establishment of acceptable selective thinking” atau “hipnosis adalah penembusan faktor kritis pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran atau sugesti”. Novian (2010: 4) Hypnoteaching adalah perpaduan pengajaran yang melibatkan pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Hypnoteaching merupakan perpaduan dua kata “hypnosis” yang bearti mensugesti dan “Teaching” yang bearti mengajar.
Professional Affairs Board Of The British Psycological Soceity menyatakan bahwa hipnosis dapat mengurangi kecemasan, stres, dan masalah psikologis lainnya. Dalam perkembangannya hingga saat ini, hipnosis sangat mmembantu dalam mengembangkan performa diri dan proses belajar mengajar.
Dalam sebuah jurnal di newscientist.com, John Gruzelier, seorang psikolog dari Imperial College di London melakukan riset menggunakan FMRI, sebuah alat untuk mengetahui aktivitas otak. Dia menemukan bahwa seseorang yang berada dalam keadaan terhipnosis, aktivitas didalam otaknya meningkat. Khususnya dibagian otak yang berpengaruh terhadap proses berpikir tingkat tinggi dan prilaku. Dia menyebutkan bahwa manusia mampu melakukan hal-hal yang dia sendiri tidak berani memimpikannya. Sehingga hipnosis sangat berdampak dalam memotivasi dan meningkatkan kinerja. Dalam proses belajar mengajar, hipnosis juga baik untuk memotivasi mahasiswa, meningkatkan kemampuan konsentrasi, percaya diri, kedisiplinan, dan keorganisasian. Keterampilan tersebut dapat meningkat dengan pasti melalui terapi hipnosis.
Hipnosis dalam aktivitas keseharian, sebetulnya sangat kerap kita alami. Namun, seringkali kita tak sadar, bahwa apa yang sudah kita alami adalah serangkaian kegiatan hipnosis dalam keadaan sadar. Peristiwa sederhana berikut sejatinya adalah hipnosis. Seperti ketika kita nonton sebuah tayangan film atau sinetron di televisi, terkadang emosi kita pun terbawa, kadang menangis atau kadang marah terhadap tokoh tertentu. Padahal secara sadar kita tahu bahwa itu hanyalah buatan manusia semata dan tidak nyata. Hal ini sering terjadi didalam kelas tatkala dosen meminta semua mahasiswa untuk diam dan semua mahasiswa lalu diam, kelas pun hening. Pada saat itulah para mahasiswa telah terhipnosis oleh dosennya. Begitu pula ketika dosen memberikan lelucon dan para mahasiswa tertawa, sejatinya mereka telah terhipnosis oleh dosennya.
2. Pikiran Sadar dan Pikiran Bawah Sadar
Paul Maclean, dalam Quantim Learning, menyebutkan ketiga komponen organ otak ini dengan nama otak triune atau otak three in one. Ia menyebutkan demikian karena dalam satu otak manusia terdapat tiga bagian yang masing-masing berkembang pada Waktu yang berbeda sepanjang sejarah evolusi manusia. Masing-masing bagian juga mempunyai struktur saraf tertentu untuk mengatur tugas-tugas yang harus dilakukan. Kajian otak ini merupakan kajian mutakhir yang sedang diminati oleh banyak pemerhati dan pelaku pendidikan.
Dalam otak three in one, masing-masing terbelah menjadi dua bagian, yakni bagian kanan dan bagian kiri. Sekarang ini, dua belahan otak tersebut dikenal sebagai otak kanan dan otak kiri. Cara kerja otak kiri dikenal dengan kerja otak sadar (Conscious) dan berfungsi sebagai “otak cerdas”, Intelligent Quotient (IQ). Bagian otak ini hanya bergulat dengan tataran wacana, logika, dan kognisi. Sementara otak kanan disebut otak bawak sadar (sunconscious) dan berfungsi sebagai “otak bodoh”. Dikatakan bodoh karena apapun informasi yang disampaikan kepadanya lansung diterima, diyakini, dan diakui kebenarannya. Otak kanan ini dikenal dengan Emotional And Spritual Questient (ESQ).
Ternyata pikiran kita dipenuhi oleh pikiran bawah sadar. Dalam bukunya “Peace of Mind” Sandy Mc Gregor menyebutkan “Hegemoni” pikiran bawah sadar begitu hebat dan benar-benar mengusai pemikiran seseorang sebanyak 88%. Pikiran sadar hanya menyisakan sekitar 12% dari total penguasaan. Hasilnya mudah ditebak dan diikuti alurnya. Bahwa dengan memaksimalkan potensi pikiran kita, maka akan terjadi peningkatan kecerdasan yang sangat luar biasa dalam diri kita.
Semua aktivitas yang bersifat otomatis programnya akan disimpan didalam pikiran bawah sadar. Program tersebut harus melalui pikiran sadar terlebih dahulu. Semakin dewasa umur seseorang, maka ini semakin menguat dan menebal. Ini menyebabkan kemampuan untuk menyerap pelajaran menjadi lebih lama. Dengan hypnoteaching , ini dibuat lebih mudah sehingga informasi bisa lebih mudah masuk ke dalam otak. Pada Hypnoteaching ini, pembelajaran lebih banyak ditekankan pada kemampuan otak bawah sadar. Di bawah ini skema tentang peran otak sadar dan otak bawah sadar dalam menentukan kesuksesan dan kegagalan seseorang dalam mengarungi kehidupannya








.





Gambar 2: Skema tentang peran otak
3. Gelombang otak manusia
Sebelum mengenal hypnoteaching lebih dalam, alangkah baiknya kita mengenal gelombang otak terlebih dahulu. Sebab, bukti keilmiahan ragam gelombang otak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah lewat teknologi kedokteran. Gelombang otak manusia bisa dilihat dan dikenali dengan menggunakan alat pengukur gelombang otak yang disebut Electro Encephalo Graph (EEG). Dengan alat EEG, dapat ditemukan 4 jenis gelombang otak manusia, yaitu gelombang Beta, Alpha, Theta, Dan Delta.
Di bawah ini adalah gelombang otak dalam bentuk grafik. Sebuah grafik yang dapat menunjukkan pada kita bagaimana empat macam gelombang otak beserta fungsi kinerjanya, sekaligus dampak dari proses kerja gelombang otak terhadap manusia.





Tabel: Kategori gelombang otak manusia
4 KATEGORI GELOMBANG OTAK MANUSIA
Beta
12-25 Hz Kognitif, analitis, logika, otak kiri, konsentrasi, pemilahan, prasangka, pikiran sadar.
Aktif, cemas, was-was, khawatir, stres, fight or flight, disease, cortisol, norepinepharine
Alpha
8-12 Hz Khusyuk, rileksasi, mediatif, focus, alertness, superlearning, akses nurani, bawah sadar
Ikhlas, nyaman, tenang, santai, istirahat, puas, segar, bahagia, endorphine, serotonin
Theta
4-8 Hz Sangat khusyuk, deep mediation, problem solving, mimpi, intuisi, nurani bawah sadar.
Ikhlas, kreatif, integtatif, hening, imajinatif, catecholamanes, AVP (arigin vasopressin)
Delta
0.5-4 Hz Tidur lelap (tanpa mimpi), non-physical state, nurani bawah sadar, kolektif
Tidak ada pikiran dan perasaan, cellular regeneration, HGH (Human Growth Hormone)

Semakin rendah gelombang otak seseorang, maka semakin mudah pikiran bawah sadar diaktifkan, karena pada saat itu pikiran sadar akan mengurangi dominasinya. Bagi seseorang yang memiliki gelombang otak dengan kategori Beta, diperlukan usaha lebih lama untuk mempelajari sesuatu karena pikiran sadar yang begitu analitis dan kritis masih sangat aktif. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi kita untuk mem-bypass pikiran sadar dan lansung menuju kepada pikiran bawah sadar (Subconscious Mind).
Novian (2010: 18) Ada beberapa cara agar komunikasi dapat lansung menuju ke pikiran bawah sadar dalam kondisi Beta yaitu:
a. Pengulangan
Suatu informasi yang berulang-ulang akan diterima oleh pikiran bawah sadar, disimpan, disederhanakan dan menjadi kebiasaan. Dalam tabel di atas terlihat bahwa bagi anak dengan usia 4-7 tahun hanya diperlukan 2 kali pengulangan agar bisa masuk ke dalam pikiran bawah sadar. Ada 2 bentuk penyimpanan memori dalam pikiran bawah sadar yaitu Implicit Memory bertugas menyimpan pengalaman dan konsep, dan berperan penuh dalam membentuk persepsi. Muscle Memory bertugas untuk menyimpan aktivitas seperti bersepeda, melukis, olah raga, dan lain-lain. Kedua bentuk inilah yang bervariasi dalam hal penyimpanan suatu informasi dan suatu keahlian.
b. Memiliki Emotional Attachment
Informasi dapat lansung masuk ke dalam pikiran bawah sadar jika ada Emotional Attachment, yaitu sentuhan emosional. Bentuknya bisa bahagia, sedih, dan lain-lain. Dalam Quantum Teaching, metode yang digunakan adalah membuat anak didik bergerak dan bergembira. Dengan demikian kedua bentuk ini penyimpanan memori testimulasi.
c. Mengunakan Bahasa Pikiran Bawah Sadar
Cara yang ketiga adalah dengan bahasa pikiran bawah sadar, maksudnya adalah bentuk bahasa yang tidak dapat ditolak oleh pikiran sadar. Bahasa ini tidak hanya berbentuk kaliamat, tetapi juga berbentuk bahasa tubuh.
d. Melalui Figur Yang Memiliki Otoritas Atau Figur Tertentu
Seperti yang telah kita ketahui, figur idola memiliki kapasitas tertentu. Diantaranya adalah memberikan pengaruh kepada mahasiswa. Para mahasiswa menyukai figur atau tokoh tertentu. Figur yang menjagi idola para mahasiswa mampu memberiakan pengaruh kepada mahasiswa tersebut.
e. Melalui Hipnosis
Seseorang dibawa ke level kesadaran tertentu lalu diberikan sugesti. Sugesti itulah informasi yang kemudian dimasukkan ke pikiran bawah sadar seseorang. Dengan Hypnoteaching.semua langkah tersebut akan digunakan. Dengan demikian semua mahasiswa akan dibawa dari kondisi Beta bisa ke Alpha maupun ke Theta sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif.
4. Aplikasi Hipnosis dalam Pendidikan
Sudah tidak dimungkinkan lagi bahwa hipnosis dapat dimamfaatkan untuk kepentingan pengajaran dan pendidikan. Orang yang belum paham mungkin akan mengajukan beberapa pertanyaan. Lho... kok bisa? Apakah nanti para mahasiswa akan tidur semua? Terus bagaimana cara mengajarnya bila semua mahasiswa tertidur? Bisa kacau nih sistem pendidikan di perguruan tinggi? Dan lain-lain. Pertanyaan ini kerap kali ditanyakan beberapa teman kepada penulis.
Aplikasi hipnosis dalam dunia pendidikan tidak bearti dosen harus menidurkan semua mahasiswa selama proses pembelajaran berlansung. Kalau semua mahasiswa tidur, bagaimana cara mengajarnya? Contohnya begini, suatu hari anda kedatangan sales barang-barang kebutuhan rumah tangga. Saat itu anda tidak mau membeli karena alasan keuangan atau kebutuhan. Namun karena kelihaian sang sales dalam mengolah bahasa, maka anda yang tadinya tidak mau membeli akhirnya membeli juga. Itulah bahasa komunikasi hipnosis yang telah digunakan salesman tadi. Anda sudah terkena hipnosis olehnya. Kondisi seperti inilah yang penulis maksud. Gunakan inti dan substansi dari ilmu hipnosis, yakni komunikasi dan sugesti. Tarik minat dan perhatian siswa dengan bahasa komunikasi persuasif yang lembut, halus, dan mengena. Setelah itu masukkanlah sugesti-sugesti positif konstruktif pada diri mahasiswa.
Ketika penulis di tanya oleh teman-teman dosen, bagaimana mengendalikan mahasiswa yang ribut di dalam kelas? Kalau dosen tidak boleh marah terus bagaimana caranya? Penulis hanya berkata, saat baru masuk kelas, anda jangan lansung memberi salam pembuka atau memberikan pelajaran saat mahasiswa belum siap belajar dan kelas belum kondusif. Anda cukup duduk manis saja di kursi. Anda tidak perlu menegur, menasehati, apalagi marah-marah. Cukup tatap satu persatu mahasiswa anda yang masih gaduh dengan kekuatan psikologis dalam diri anda. Tarik napas dalam-dalam, tahan sebentar di dada, dan lepaskan secara pelan-pelan. Perhatikan apa reaksi mereka. Ulangi berkali-kali kegiatan ini. Tarik napas, tahan, dan keluarkan hingga pikiran, hati, dan perasaan anda benar-benar tenang, damai, dan nyaman. Anda bertambah santai, rileks, dan terlihat lebih penyabar dari sebelumnya. Setelah kelas terkendali tanpa anda harus emosi, masukkan kalimat sugesti untuk membuat kesepakatan dengan siswa. Mr Wawan akan menyampaikan materi kalau kelas sudah tenang.
Ronde Byrne, seperti yang dikutip oleh Noer (2010: 127) memberikan pesan mulia pada anda. Ingatlah bahwa anda adalah magnet yang menarik segala sesuatu kepada anda. Sebenarnya anda telah menjadi sebuah magnet yang menarik segala sesuatu kepada anda. Dan sebaliknya, segalanya yang anda inginkan akan tertarik ke arah magnet. Yaitu diri sendiri. Jadi kalau anda menginginkan ketenagan kelas, anda harus bersikap tenang dulu. Jika menginginkan mahasiswa memerhatikan anda, anda harus perhatian dan mempunyai kepedulian pada mahasiswa. Jika anda menginginkan siswa anda gemar belajar dan membaca, tentu saja anda harus gemar belajar dan membaca.
Penulis mendapatkan benang merah mengapa para mahasiswa sekarang malas belajar, baik di sekolah maupun di rumah. Jawabannya, karena para dosen juga banyak yang malas belajar dan membaca buku. Dosen merasa dirinya sudah pintar sehingga tidak perlu belajar. Sementara mahasiswanya dianggap bodoh sehingga harus banyak belajar. Itulah dalam bahasa hipnosisnya, ada istilah satu gelombang yang sama. Itulah hipnosis dan inilah Hypnoteaching.
5. Unsur-Unsur Hypnoteaching
Noer (2010: 137) Ada beberapa unsur Hypnoteaching yang harus dilakukan dosen pada saat di dalam kelas yaitu:
a. Penampilan dosen
Langkah awal yang harus dilakukan dosen dalam menyukseskan program hypnoteaching ini adalah dengan memperhatikan performa atau penampilan diri. Dosen hendaknya berpakaian serba rapi, kalau memungkinkan bisa pakai dasi, asal serasi. Penampilan yang baik akan melahirkan rasa percaya diri yang tinggi serta memiliki daya magnet yang kuat bagi mahasiswa.
Biasanya, orang lain akan melihat seseorang dari penampilan luarnya, sebelum melihat realitas kepribadiannya. Penampilan sekaligus sebagai lambang pintu gerbang orang lain untuk mengenali diri anda. Seberapa jauh tingkat kepercayaan diri anda, tingkat kepositifan pikiran anda, dan juga tingkat status sosial kemasyarakatan anda, semua dapat dibaca dari penampilannya.
Kenali orang lain dari penampilan luarnya dahulu. Dosen tentunya akan merasa tidak pantas saat mengajar di kelas dengan menggunkan kaos oblong, memakai sandal japit, sarung, dan bertopi. Kondisi psikologis dosen ini tentu saja akan berbeda saat mengajar dengan berpakaian rapi, bersepatu mengkilap, memakai dasi, dan parfum yang semerbak dan mewangi. Tentunya penampilan yang ke dua akan menambah lebih percaya diri, dan mahasiswa pun akan akan mempercayai dosen itu. Keilmuan dosen tersebut akan dilihat dengan dari penampilandiri di dalam kelas. Maka perhatikan penampilan sebelum menghipnosis mahasiswa dengan luncuran ungkapan dan kaliamt sugestif dari lisan dosen.


b. Sikap yang empatik
Sebagai seorang pendidik, bukan sekedar pengajar, seorang dosen harus mempunyai rasa empati dan simpati kepada mahasiswa. Dosen yang memiliki rasa simpati terhadap mahasiswanya, niscaya akan berupaya dengan berbagai daya membantu mahasiswanya yang kekurangan. Ia juga punya iktikad kuat untuk memajukan para mahasiswa. Ketika didapati ada atau bahkan banyak mahasiswa yang bermasalah, suka membuat ulah di sekolah, suka cari perhatian teman dan dosen dengan jalan berbicara atau bertingkah laku aneh, dan berbagai tindakan yang kurang baik. Maka dosen yang berempati tidak akan begitu saja menyematkan gelar “siswa nakal” ke pundaknya. Dosen akan terlebih dahulu menyelidiki apa latar belakang yang menyebabkan tindakan mahasiswa tersebut dengan menggali dan menggumpulkan berbagai informasi yang ada. Berbeda dengan dosen yang tidak punya simpati dan empati pada mahasiswa. Dosen ini akan begitu mudah terpancing emosinya dan tersulut kemarahannya oleh tindakan atau ucapan yang tidak berkenan dihatinya. Bahkan solusi terakhir baginya adalah anak-anak tersebut harus dikeluarkan dari kampus.
c. Rasa simpati
Bila dosen mempunyai rasa simpati kepada para mahasiswanya, niscaya para mahasiswanya pun akan menaruh simpati kepadanya. Sebab, hukum alam yang akan berlaku adalah kaidah timbal balik. Barang siapa menanam biji kebaikan, maka dia akan menuai buah kebaikan pula.
Bila dosen memperlakukan mahasiswa dengan baik, walaupun mahasiswa tersebut sangat nakal, nisacaya siswa akan enggan dan hormat kepada dosen yang juga menghormatinya.siswa akan berusaha mengerti dan menuruti apa apa kata sang dosen, karena dosen juga mengerti akan dirinya. Begitu mulianya sikap dan sifat empati bagi seorang dosen. Maka, sudah menjadi kewajaran bila setiap dosen juga diupayakan memiliki sifat dan sikap tersebut.
d. Penggunaan bahasa
Tutur bahasa melambangkan isi si empunya. Dengan kata lain bahasa lisan merupakan refleksi dari bahasa hati. Apa yang di keluarkan oleh lisan melambangkan keadaan hati dan perasaan. Maka, orang yang hatinya terjangkit penyakit iri, dengki, dan hasut, bisa dipastikan dalam kehidupannya juga suka membicarakan kejelekan orang lain. Orang yang baik hati, tutur katanya lembah lembut dan kalimatnya penuh makna.
Dosen yang baik hendaknya memiliki kosa kata dan bahasa yang baik dan enak didengar telinga, bisa menahan emosi, tidak mudah terpancing amarah, suka menghargai karya, potensi, dan kemampuan mahasiswanya, tidak suka merendahkan, menghina, mengejek, atau memojokkan mahasiswanya dengan berbagai ungkapan yang tidak seharusnya keluar dari lidahnya. Dosen yang baik dapat menjaga lisannya dengan baik, niscaya para mahasiswa pun tidak akan berani mengatakan kalimat yang menyakitkan hatinya. Paling tidak, mahasiswa yang diperhatikan dan dinasehati dengan bahasa hati akan menuruti dengan sepenuh hati pula.
e. Peraga (bagi yang kinestetik)
Salah satu unsur hipnotis dalam proses pembelajaran adalah peraga atau mengeluarkan ekspresi diri. Seluruh anggota badan digerakkan jika diperlukan. Tangan, kaki, mimik, dan suara dieksplorasikan secara maksimal dan optimal. Dosen ketika menerangkan diharapkan menggunakan gaya bahasa tubuh agar apa yang disampaikannya semakin mengesankan. Dan, untuk menerapkan hal ini terlebih dahulu dosen harus menguasai materi yang akan disampaikan. Dosen yang tidak menguasai materi biasanya akan mengajar mahasiswa dengan cara-cara yang membosankan. Mahasiswa dikasih tugas atau disuruh merangkum dengan tulis tangan dan mengerjakan soal-soal latihan.
f. Motivasi mahasiswa dengan cerita atau kisah
Motivasi mahasiswa dengan cerita orang-orang sukses. Salah satu faktor keberhasilan hypnoteaching adalah menggunakan teknik cerita dan kisah. Watak dan tabiat dasar kerja pikiran adalah imajinasi dan fantasi. Cerita dan kisah merupakan kajian imajinasi. Maka, alangkah baiknya jika dosen sering memberikan sebuah cerita atau kisah perjalanan orang ketiga sesuai dengan tema pelajaran di kelas. Di saat dosen melihat mahasiswa banyak mengalami masalah, tidak punya motivasi belajar, dan berbagai problematika kehidupan, maka dosen akan menasehati dan membimbing mereka tanpa menggurui.
g. Kalau ingin menguasai pikiran siswa, kuasai terlebih dahulu hatinya
Seorang wali mahasiswa bertemu dengan penulis (dosen anaknya). Ia berkata “pak, anak saya, setelah pak dosen keluar dari kampus, nilai akademiknya turun semua. Minat belajarnya juga sangat rendah. Berbeda dengan ketika pak dosen yang mengajarnya”. Selidik punya selidik, ternyata dosen anaknya sekarang seperti kebanyakan dosen di berbagai tempat, mengajar secara formalis, miskin canda dan tawa, miskin kreasi dan tidak mengenal psikologi mahasiswanya. Sementara dosen anaknya (penulis) yang dulu memahami psikologi perkembangan mahasiswanya, mengajar dengan fun, banyak bermain, mengajar dengan cara mengambil hati para mahasiswanya terlebih dahulu. Belajar pengalaman di lapangan lebih mengena ketimbang belajar teori di kelas saja. Kuasai hati mahasiswanya, baru bisa menguasai pikirannya. Bukankah orang yang sedang dimabuk cinta akan menuruti kemauan kekasihnya, walaupun tidak masuk akal dan di luar kemampuannya sekalipun.

B. Keajaiban di Ruangan Kelas
Otak kita tidak bisa membedakan mana kenyataan dan yang bukan kenyataan. Lho? Apa benar? Mari kita buktikan. Buka telapak tangan kiri kita, coba bayangkan seandainya ada sebuah jeruk nipis di tangan kiri tersebut. Lalu, belah belah jeruk nipis itu dan sekarang jeruk nipis itu sudah terbelah menjadi dua bagian ditelapak kiri kita. Sekarang tambahkan garam diatas belahan jeruk nipis tersebut dengan tangan kanan dan teteskan di bibir kita.... terasa asam bukan?
Apakah jeruk nipis itu nyata? Ternyata tidak. Jika kita membayangkan sesuatu, otak menagkapnya sebagai sesuatu yang real atau nyata. Jadi lebih baik membayangkan yang menyenangkan saja. Tubuh dan otak adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jika otak terasa bosan, tubuh pun akan merespon dengan timbulnya rasa lemas dan malas. Jika otak kita semangat, tubuh pun akan merespon dengan menjadi tegap dan semangat. Dengan mengetahui teori tersebut. Akan lebih baik jika kita menanamkan bayangan atau gambar yang bagus ke dalam otak kita sehingga tubuh pun merespon dengan baik. Dalam bukunya “7 Habits of Highly Effective People”, Stephen R. Covey menyebutkan satu prinsip yaitu “Begin with the end” atau mulailah dengan yang akhir, atau bayangkanlah hasil akhir yang kita inginkan.
Dengan langkah tersebut di atas, kita telah siap untuk mengubah persepsi kita mengenai mahasiswa, Novian (2010: 50).
1. Mengubah persepsi mahasiswa
Mengubah persepsi belajar mahasiswa sama saja dengan membuang garam ke laut. Itu merupakan sebuah perbuatan yang terlihat memberi nilai tambah tetapi sebetulnya tidak berdaya guna. Karena persepsi di dalam diri mahasiswa telah beranak pinak dan mengakarbegitu kuat. Sehingga yang perlu diubah adalah persepsi subyektif, yaitu siapa yang membawakan. Dengan kata lain, sapa yang mengajar.
Memang kita bukanlah Arief Rahman ataupun Kak Seto, tetapi kita memiliki kemampuan yang sama untuk mengubah persepsi mahasiswakita kepada kita. Melalui Hypnoteaching, kita akan mengubah persepsi itu sehingga seakan-akan mereka diajar oleh seorang dosen yang baik, akrab, dan bagaikan pelindung mereka. Mereka akan berusaha dengan sendirinya untuk mengerti dan memahami apapun yang kita terangkan karena kita tidak ada lagi penghalang mental diantara dosen dengan mahasiswa.
2. Antusias
Antusias adalah kata yang terdengar mudah tetapi terasa sulit untuk dipraktikkan. Antusias adalah memiliki rasa ingin tahu, rasa terbuka, kehangatan dan semangat. Hal itu terasa sulit untuk kita lakukan karena begitu kompleknya rasa yang harus kita timbulkan untuk mendapat satu itu yaitu antusias. Mahasiswa kita sebagaimana manusia biasa adalah mahluk responsif yang akan memodel atau merespon dengan respons yang sama dengan yang kita berikan. Jika kita berikan dengan rasa malas, mereka akan membalas dengan rasa malas, jika kita berikan rasa antusias mereka akan membalas dengan antusias.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Eckhar Hess seorang ahli Pupillometry, beliau menemukan bahwa pupil atau bola mata seseorang akan membesar jika mereka dalam keadaan senang, gembira dan antusias. Hal ini pun bisa terjadi kebalikannya yaitu jika bola mata mereka membesar, maka mereka akan terasa senang, gembira, dan antusias. Jadi menurutnya, untuk menjadi antusias hanya cukup dengan tersenyum dan besarkan bola mata, maka seseorang akan terlihat antusias. Hal ini akan direspons oleh orang di hadapan kita. Coba kita bayangkan sedang jalan-jalan di pertokoan lalu tersenyum, menegurnya dan bola mata kita pun akan membesar.
Begitu juga dengan mahasiswa kita di kampus. Kita cukup tersenyum dan membesarkan bola mata kita bertemu mereka maka mereka pun akan membalasnya dengan hal yang sama. Yang luar biasa adalah mereka pun akan merubah persepsinya terhadap kita. Satu hal yang sangat mudah dan berampak luar biasa, jadi mulailah saat ini juga.
3. Tabungan perhatian
a. Verbal
Setiap anak pasti senang diperhatikan oleh karena itu kita sebagai dosen atau pendidik wajar jika kiranya memberi perhatian. Ternyata memberi perhatian pun dapat mengubah perilaku seseorang. Bagaimana caranya? Yakni dengan menerapkan tabungan perhatian. Tabungan perhatian adalah suatu cara memberi perhatian tanpa perlu mengambil kembali. Jadi, layaknya seperti menyetor uang ke Bank maka tabungan perhatian ini menyetorkan perhatian kita kepadanya. Ilustrasi berikut akan menjelaskan:
Suatu hari ketika, penulis melihat sanapon, mahasiswanya, sedang bersenda gurau dengan temannya, penulis menhampiri.
Penulis: Sanapon, saya perhatikan kamu mirip dengan sepupuku, ya. (sambil tersenyum dan berlalu. Penulis sedang menabung perhatian)
Sanapon: ......(belum sempat bicara, penulis telah pergi)
Keesokkan harinya, penulis melihat lagi sanapon, sedang bersenda gurau dengan temannya saat istirahat. Penulispun menghampiri sanapon kembali .
Penulis: saya perhatikan suka pakai jam tangan swiss army, ya.
(sambil tersenyum dan berlalu. Penulis sedang menabung perhatian yang kedua kepada sanapon)
Sanapon: ......(belum sempat bicara, penulis sudah pergi)
Prinsip tabungan perhatian adalah setelah memuji tidak boleh sedikitpun terlibat pembicaraan alias pergi dari tempat itu. Ini dikarenakan kita sedang menabung perhatian kepada mahasiswa, jika terlibat pembicaraan, maka tabungan itu akan sia-sia. Kalimat ini mengikat secara psikologis dan secara otomatis mengubah persepsi mahasiswa terhadap dosen yang memberikan perhatian tersebut.
b. Minta Tolong
Sebuah riset yang dilakukan oleh psikolog bidang sosial Jonathan Freeman and Scot Fraser “bermuala dari permintaan tolong kecil membuat pemilik rumah berkomitmen, sehingga mereka menjadi tidak masalah jika ada permintaan tolong yang lebih besar”. Hal ini pun dapat dipergunakan dalam dunia pendidikan guna mengubah persepsi mahasiswa. Sering kita para dosen meminta tolong kepada mahasiswa. Kita meminta tolong dengan cara biasa, lalu kita melupakannya. Berdasarkan hasil riset ini, kita bisa memaksimalkan minta tolong secara personal agar tercapai hasil yang kuar biasa. Pada saat kita meminta tolong sebenarnya kita telah membuat mereka berkomitmen untuk senantiasa membantu kita. Maka kita pun dapat meminta mereka untuk berkomitmen yang lebih besar lagi.
Sari bantu Bapak, ya, untuk belajar lebih giat lagi!
Dina bantu Ibu, ya, untuk mengerjakan seluruh PR mu!
Jadi, jangan segan-segan meminta tolong kepada mahasiswa dan lakukan kepada seluruh mahasiswa dan rasakan perubahan persepsi mereka terhadap diri kita.
c. Memberi
Saling membantu atau membantu adalah fitrah manusia sebagai mahluk sosial. Saling membantu adalah suatu perilaku yang sudah membudaya. Hal ini menggelitik seorang peneliti bernama Francis Flynn untuk meneliti dampak memberi pertolongan kepada orang lain. Dia melakukan riset terhadap customer service 24 jam disalah satu perusahaan penerbangan di Amerika. Mereka sering menukar shift jika ada keperluan. Dari hasil risetnya ditemukan bahwa apabila seoarng karyawan misalkan Angelia memberikan bantuan kepada Jodi untuk menukar shiftnya, maka Jodi yang mendapat bantuan cenderung melupakan. Sedangkan Angeliayang memberikan bantuan cenderung ingat terus. Ternyata, Jodi cenderung melupakan karena tidak ada kata-kata pengingat bantuan tersebut. Lain halnya jika diberikan kata pengingat halus, maka cenderung Jodi untuk mengingat akan lebih besar. Kata pengingat ini bisa diberikan pada saat mengucapakan terima kasih atau lain waktu ketika kita ingin meminta kembali.
Misalkan setelah Angelia membantu Jodi, dahulu, pada saat terima kasih
Jodi: “Terima kasih Angelia”
Angelia: “Sama-sama Jodi”
Sekarang, pada saat terima kasih.
Jodi: “Terima kasih Angelia”
Angelia: “Tidak apa-apa. Saya yakin jika saya dalam kondisi sepertimu sekarang, kamu pasti akan bantu saya juga”
Dengan kata-kata pengingat yang diberikan oleh Angelia, kecenderungan Jodi untuk mengingat menjadi lebih besar, bahkan membuat Jodi menjadi terikat secara psikologis. Dari hasil riset ini pun dapat dipergunakan dalam pendidikan guna mengubah persepsi mahasiswa terhadap dosennya dalam hal belajar mengajar.
Mr Kumar: “Dayat, Doni, kalian melamun ya? Nih, Mr Kumar punya permen!”
Mahasiswa: “Gak apa-apa. Mr Kumar kan selalu minta tolong sama kalian, sama-sama, ya”.
Mr Wawan: “Kalian sudah belajar semalam dan siap ulangan hari ini?”
Mahasiswa: “ Terdiam tegang”
Mr Wawan: “Mr punya hadiah buat kalian, mau tahu?”
Mahasiswa: “Masih terdiam”
Mr Wawan: “Hadiah dari Mr Wawan adalah hari ini tidak jadi ulangan”
Mahasiswa: “Hore... hore... terima kasih Mr Wawan”
Mr Wawan: “Dengar semua, tidak apa-apa.... nanti gantian kalau Mr Wawan minta tolong bantuan, kalian bantu ya”
Mahasiswa: “OK”
d. Menyamakan gerakan
Angkatlah tangan kanan kita lalu bertanya,
“siapa yang tadi susah makan pagi?”
Mari kita angkat tangan dengan mahasiswa yang telah makan pagi. Lalu, dengan tetap mengangkat tangan, kita tanya lagi, “siapa tadi yang belum tunjuk tangan? Ayo sekarang angkat tangan!” maka kita pun telah sama-sama menunjuk tangan dengan seluruh murid kita. Ada beberapa contoh cara untuk menyamakan gerakan:
1) Anak-anak coba lihat sebelah kanan!
2) Anak-anak coba semua lihat ke depan dan tersenyum seperti ini!
3) Anak-anak coba di geleng-geleng kepalanya!
e. Menyamakan ucapan
Ucapan pun bisa kita samakan dengan cara bernyanyi atau mengucapkan yel-yel bersama-sama
Beberapa contoh yelling:
Dosen Mahasiswa
Hai Yes
Beeh Mantap
Ipi-upin Betul-betul
f. Cerita
Sewaktu kecil, kita selalu terpukau dengan cerita dan dongeng karena cerita itu mengasyikkan. Cerita memang membangkitkan imajinasi. Cerita membawa seseorang dari satu tingkat kesadaran ke kesadaran lainnya. Sebuah cerita akan melibatkan pikiran dan emosi pendengar atau pembaca. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa kita betah berjam-jam mem baca buku cerita tetapi bosan jika harus membaca buku pelajaran lebih dari 15 menit. Meskipun buku-buku pelajaran saat ini hampir semua telah diubah berbentu narasi, tetapi sekali lagi narasi itu tidak melibatkan emosi. Karena itulah buku pelajaran tetap saja membosankan. Malah, para mahasiswa bertambah bosan karena setelah menjadi narasi buku itu juga menjadi bertambah tebal .
Hakim (2010: 74) Jika kita memulai pelajaran dengan certia, kita lansung menon-aktifkan pikiran sadar dan membuka pintu ke pikiran bawah sadar mahasiswa. Dalam membuat cerita ada beberapa yang penting:
1) Alami dan apa adanya
2) Ekspresif (gunakan suara, intonasi dan bahasa tubuh)
3) Gunakan pengalaman sehari-hari atau topik yang sedang hangat
4) Gunakan emosi
5) Fun dan membangun
Pak Mahfud, dosen bahasa Inggeris AKBID, memulai kelas dengan cerita, wah, Bapak merasa aneh sekali hari ini anak-anak. Tadi waktu Bapak ingin menyalakan sepeda motor Bapak, Bapak sudah merasa aneh. Tapi Bapak tetap saja jalan. Ternyata, STNK ketinggalan. Kira-kira 10 meter Bapak balik lagi tapi kok tetap merasa aneh, lah ternyata dompet Bapak ketinggalan. Terus Bapak kok masih merasa aneh. Ternyata tas Bapak ketinggalan juga. Hehehe.. sudah tua kali ya... ya sudah biar Bapak gak balik-balik lagi, Bapak catat semua yang biasa Bapak bawa.sudah OK baru jalan, dan sampai sini deh, hehehe... akhirnya Bapak bertemu juga dengan cowok-cowok dan cewek-cewek yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng, dan pintar-pintar. Setelah mahasiswa terlihat wajahnya tidak kusut lagi maka barulah pelajaran dimulai.
C. Melejitkan Potensi
Kata potensi dalam kamus bahasa Indonesia adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Sedangkan jika kita merujuk kepada hasil temuan para ahli neuroscience (ahli jaringan otak) mengatakan bahwaotak memiliki kemampuan yang tidak ada batasnya. Hal ini membuat potensi manusia menjadi tiada batas. Jadi sebenarnya tidak ada anak yang bodoh, malas atau lambat yang ada adalah potensi manusia yang belum dikembangkan.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa kita memiliki 2 pikiran yang mendasari segala aktivitas kita yaitu pikiran sadar dan pikiran alam bawah sadar. Keduanya memiliki komposisi yang berbedadalam pengaruhnya kepada aktivitas kita. Pikiran sadar 12% dan pikiran bawah sadar 88%. Hypnoteaching berfokus kepada pikiran alam bawah sadar yang memiliki komposisi lebih besar. Itulah sebabnya mengajar dengan Hypnoteaching memiliki peluang lebih besar untuk melejitkan potensi mahasiswa.
1. Pertanyaan ajaib
Penelitian ahli saraf otak menemukan bahwa kecerdasan setiap individu bukan dikarenakan oleh banyaknya neuron didalam otak, tetapi disebabkan oleh sel-selyang terbentuk diantaranya 1 neuron dengan neuron lainnya dinamakan synapse. Synapse telah terjadi dengan sendirinya tetapi melalui proses bepikir dan belajar. Ketika terjadi proses berpikir dan belajar, terjadilah kilatan-kilatan listrik diantara neuron yang nanti akan membentuk Synapse. Cara termudah dan tercepat dan terefektif untuk mengaktifkan proses tersebut adalah dengan menjawab pertanyaan.
Setiap pertanyaan selalu membutuhkan jawaban. Setiap pertanyaan mengiringi ke sebuah pembelajaran karena dengan pertanyaan, otak akan terpacu untuk mencari jawaban. Ketika mencari jawaban, seluruh neuron di otak kita akan diaktifkan untuk mencari jawaban diantara neuron yang ada. Semakin sering pertanyaan itu dijawab semakin banyak sel synapse yang akan timbul dan menjadi permanen.
Dalam membentuk sebuah pertanyaa yang dapat melejitkan potensi mahasiswa dibutuhkan suatu formula khusus. Dengan formula khusus. Pertanyaan akan mampu membangun proses pembelajaran, memberikan solusi, meningkatkan potensidan mengarahkan kepada hal yang dapat menjadikan mereka menjadi luar biasa. Pertanyaan ini dinamakan pertanyaan ajaib.

Beberapa contoh pertanyaan ajaib:
a. Apa yang akan kalian lakukan jika kalian medapat IPK 3.50?
b. Bagaimana pelajaran ini agar menjadi lebih mudah
c. Bagaimana membuat saya memberikan kalian nilai yang lebih bagus?
d. Siapa yang tau cara belajar dengan baik?
e. Apa artinya juara buat kamu?
f. Sebutkan tiga hal ang kalian suka dari tnmu
2. Ajarkan dan puji
Vernon A. Magnesan 1983 yang dikutip di Quantum Learning oleh Bobbi Deporter (1999: 94) mengatakan dalam skala rata-rata proses
Mahasiswa mengingat 20% dari apa yang mereka baca
Mahasiswa mengingat 30% dari apa yang mereka dengar
Mahasiswa mengingat 40% dari apa yang mereka lihat
Mahasiswa mengingat 50% dari apa yang mereka katakan
Mahasiswa mengingat 60% dari apa yang mereka lakukan
Mahasiswa mengingat 90% dari apa yang mereka lihat, dengar, katakan dan lakukan
Cara termudah umtuk mebuat mahasiswa mencapai prosentasi 90% dan paham tentang pelajaran tersbut adalah mereka sendiri juga mengajarkan pelajaran tersebut. Dengan mengajarkan pada mereka melakukan proses mengingat, mengatakan, mendengar, melakukan dan selanjutnya memahami. Apalagi setelah jika setelah mengajarkan, mereka menerima pujian dari teman-teman dekatnya. Maka proses pemahaman akan berproses dengan sangat cepat didalam otaknya. Proses pemahaman tersebut menjadi lebih kuat dan dalam. Jika semua hal dilakukan dengan cara yang menyenangkan maka proses tersebut akan berproses dengan kecepatan lebih cepat daripada biasanya.

Beberapa pujian yang diberikan setelah mendengar penjelasan.
a. Terima kasih, penjelasanmu sangat bagus
b. Saya senang dengan cara kamu menjelaskan
c. Saya rasa kamu sangat bagus ketika....
d. Kamu menjelaskan dengan sangat baik
e. Kamu benar-benar luar biasa
f. Kamu top banget
g. Kamu canggih
h. Kamu hebat
D. Metode belajar bahasa inggeris yang mudah dan cepat dipahami
Banyak dari masyarakat kita yang sangat ingin belajar bahasa inggris mengatakan bahwa yang paling penting dalam belajar bahasa inggris adalah bisa bercakap-cakap dalam bahasa inggeris dan grammar itu tidak begitu penting. Tetapi penulis berpendapat lain bahwa kita perlu menggunakan bahasa inggris dengan baik dan benar. Karena kalau tidak, kita hanya akan menjadi bahan tertawaan orang lain. Pepatah kuno mengatakan “yang penting bisa bicara” itu sudah usang. Yang ada adalah bicaralah yang baik dan benar.
Mereka yang mengatakan bahwa grammar tidaklah begitu penting adalah mereka yang sebagian besar tidak menguasai grammar dengan baik. Hal ini sudah pernah penulis diskusikan dengan teman sesama dosen bahasa inggris, dan kami menemukan fakta bahwa mereka yang mengatakan demikian tata bahasa inggeris yang kurang baik. Mereka hanya lancar berbicara tetapi membuat kesalahan disana sini.
Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk menunjukkan sebuah metode cepat menguasai bahasa inggeris yang telah di pakai penulis selama beberapa tahun ini. Metode tersebut sangatlah tepat apabila di gunakan untuk para pembelajar atau mahasiswa dalam menguasai bahasa inggeris secara cepat dan tepat, dan bagi para dosen pun sangat baik dalam metode mengajar. Metodenya sangat simpel dan mudah dikuasai oleh setiap mahasiswa yang mau belajar bahasa inggeris. Adapun metodenya adalah:
1. Mengetahui jenis kata
Kita sering lihat dan baca kamus yang tebal-tebal, tapi kita binggung untuk menghafal kata apa yang penting dan yang pertama kali harus dikuasai. Didalam buku Modern English oleh Marcella Frank (1986: 41) mengatakan kata kerja adalah pusat gramatikal dari kalimat. Selain kata kerja ada beberapa jenis kata lagi yang harus dikuasai yaitu: kata benda, kata sifat, dan kata keterangan.
2. Mengetahui jenis kalimat
Apabila kalimat bahasa inggris dilihat dari predikatnya, maka dapat dibedakan menjadi 2 golongan. Yaitu: Verbal sentence dan Nominal sentence. Kalimat yang menggunakan Verbal Sentence Adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja. Contoh: I go to campus everyday, He drinks milk everyday dan She studies English everyday. Kata go, drinks, and study merupakan jenis kata kerja.
Kaliamat yang menggunakan Nominal Sentence Adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda, kata sifat, dan kata keterangan. Didalam kalimat bahasa inggris apabila mengandung kalimat nominal maka disisipkan to be (is, am, are, was, were). Contoh: She is my girlfriend, They are my teachers, I am a student, and I was here tomorrow. Ingat! Penggunaan To Be harus sesuai dengan subyeknya.
3. Hafal kata kerja bantu, modal atau auxillary
Auxiliary verb (kata kerja bantu) Berfungsi sebagai pembantu kata kerja, dan sangat umum dan penting penggunaannya dalam kalimat bahasa inggris. Jadi bisa dipastikan kalau tidak tahu kata kerja bantu maka dia tidak bisa berbahasa inggris dengan baik dan benar. Setelah auxiliary selalu diikuti oleh kata kerja bentuk satu (infinitive tanpa to). Ada beberapa jenis kata kerja bantu yang harus dikuasai oleh mahasiswa, yaitu:
a) BE (am, is, are, was, were, been, being)
b) Have (have, has, had)
c) Can (can, could)
d) May (may, might)
e) Must
f) Shall (shall, should)
g) Will (will, would)
h) Ought to
i) Do (do, does, did)
4. Kapan terjadi
Kapan terjadi adalah menguasai tenses yang harus disederhanakan terlebih dahulu. Dimana, kebanyakan setiap mahasiswa sangat kesulitan dalam penguasaan 16 tenses. Di metode ini kita akan sangat mudah menguasainya. King Kumar Course mempunyai rumusan yang hebat dalam menangani penguasaan tenses ini. Di King Kumar course disebut rumus “ Rumus Teropong Cinta”

Gambar 3: Rumus Teropong Cinta
5. Bisa membuat kalimat pertanyaan “apakah”
Cara membuat kaliat pertanyaan “apakah” sangatlah gampang. Segampang membalikan telapak tangan. Yaitu: dengan mebuat kalimat positif dan kata kerja bantunya dipindah kedepan subjek. Contoh: You are beautiful. Mejadi Are you beautiful? Yang artinya ”apakah kamu cantik?”. Tetapi apabila didalam kalimat verbal tidak ada kata kerja bantu, maka ditambah Do/Does didepan subjek.
6. Tambahkan WH+1H
Pertama kita buat kalimat positif setelah itu kita buat menjadi kalimat tanya “apakah” seperti yang telah dijelaskan di atas, dengan gampangnya kita ubah menjadi kalimat pertanyaan yaitu dengan menambahkan WH+1H didepan kalimat tanya apakah yang telah kita buat tadi.
Contoh:




Tabel 3: cara menyusun kalimat tanya yang baik dan benar
You are sleepy
Are you sleepy?
What
Why
When
Where
Who
How Are You
Sleepy?


E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Setelah mengadakan studi kepustakaan, maka ditemukan hasil-hasil penelitian yang cukup relevan dengan penelitian ini yaitu: Pertama, Murniati (1993) dalam thesisnya yang meneliti “pembinaan dan kemampuan profesional guru di sekolah SMAN di Kabupaten Aceh Besar” dari penelitiannya menemukan bahwa pembinaan kemampuan profesioanl guru masih terus perlu dilaksanakan secara optimal karena guru merupakan tulang pungggung atau ujung tombak keberhasilan suatu sekolah.
Kedua, syihabuddin (1998) thesisnya tentang “kemampuan guru dalam mengelola manajemen kelas di SLTP negeri Pontang” ditemukan bahwa kemampuan guru dalam penguasaan materi, metode, manajemen kelas yang sanagt menunjang terhadap keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Untuk itu maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan guru sangat signifikan untuk melalakukan pengembangan metode pembelajaran tidak Cuma sampai disitu saja, kemampuan dosen juga harus lebih hebat karena dosen bergerak di perguruan tinggi.




























BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur dalam pengertian luas, mengacu pada pengertian menyangkut proses, prinsip dan prosedur yang digunakan mendekati masalah dan mencari jawabannya. Oleh karena itu, prosedur penelitian yang diungkapkan berkaitan dengan kegiatan penelitian.
A. Metode Penelitian.
Penelitian yang berjudul meningkatkan kemampuan dosen bahasa inggeris dalam mengajar dengan metode Hypnoteaching pada AKBID dan STIKES Ngudia Husada Madura Bangkalan”.
Sebagaimana dirumuskan dalam sebelumnya. mengungkapkan bahwa keadaan dari keseluruhan proses yang terjadi berkaitan dengan kemampuan dosen dalam mengajarkan bahasa inggeris. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, macam prosedur penelitian berdasarkan paradigma kualitatif ( Taylor, 1975). Selanjutnya merumuskan metodologi kualitatif dengan menunjuk kepada penelitian yang menghasilkan data maupun prilaku yang diamati, keadaan ini memotret keadaan setiap individu dan lingkungan pada situasi tempat kerja secara. keseluruhan.
Adapun penelitian kualitatif akan menghasilkan Grounded Theory dimana teori yang timbul dari data bukan dad hipotesis-hipotesis seperti dalam metode kuantitatif. Dengan demikian macam penelitian ini bersifat Generating Theory bukan Hypotesis Testing, sehingga teori yang dihasilkan berupa teori substantif (Nadi & Haryono, 1998: 14).
Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang bertujuan mendeskripsikan dan menganalisa data yang diperoleh, sehingga diharapkan dapat menemukan peningkatan kemampuan para pengajar (dosen) yang dilaksanakan di AKBID dan STIKES Ngudia Husada Madura Bangkalan”. Sebagai kegiatan ilmiah, penelitian ini terlebih dahulu harus menentuan metodenya. Dengan metode penelitian akan memandu peneliti mengetahui urutan-urutan bagaimana penelitian dilaksanakan. Bertalian dengan hal ini Surakhmad (1982) menyatakan bahwa metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, motif ataupun empati yang berada dibalik penampilan dan tindakan mereka. Dengan demikian penelitian kualitatif tidak berupaya untuk membuktikan suatu hipotesis, tetapi memahami fenomena yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek yang ditelitinya.
Penelitian kualitatif bersipat naturalistic yang bertujuan mengamati fenomena yang ada dengan “seadanya” bukan untuk melakukan pengujuran secara terkontrol. Dilakukan dengan mencari secara langsung di lapangan, berorientasi pada penemuan, eksplorasi, perluasan penggambaran dan pendalaman secara holistic. Dengan demikian penelitian berorientasi bukan kepada hasil tetapi kepada proses. Disini peneliti dituntut dekat dengan data sebagai insider, tidak menjaga jarak yang herpes" sebagai outsider. Penelitian kualitatif mendasarkan diri kepada asumsi bahwa realitas merupakan dinamika. Tugas peneliti menjaring data secara luas, mendalami, kaya dan rill yang ada untuk digenerasikan sebagai suatu kesimpulan yang valid. Menyimak karakteristik metode kualitatif di atas, penulis memiliki peran dan kedudukan dalam implementasi.
Seorang peneliti kualitatif seyogyanya memiliki beberapa kopetensi dan keterampilan tertentu yaitu, pertama peneliti memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan ketajaman analisis serta interpretasi terhadap realitas, hal ini disebabkan karena peneliti perlu mengembangkan kemampuan untuk mengisi dan memberi makna suatu teori. Kedua, peneliti dituntut memiliki sensitifitas dan kreatif yang tinggi untuk mengembangkan metode atau tehnik penelitian pada saat pelaksanaan penelitian kualitatif, di samping peneliti perlu memformulasikan teori. Ketiga, dalam penelitian kualitatif peneliti dituntut untuk memiliki sikap korektif dan keterbukaan yang tinggi, dalam kaitan ini peneliti, bukan bertugas menguji suatu teori. Keterbukaan dituntut karena dalam penelitian kualitatif kemampuan mengungkapkan subjek penelitian untuk menghasilkan obyektifitas hasil penelitian merupakan kunci keberhasilan penelitian. Semakin terbuka subjek penelitian (responder) semakin banyak data atau imformasi yang terjaring yang memungkinkan terwujudnya validitas penelitian .
Ada beberapa alasan mengenai dilakukanya penelitian kualitatif menurut Hadi dan Haryonno (1998:56-57) yaitu:
1. Mengulangi banyaknya informasi yang hilang, seperti yang diaiami penelitian kuantitatif, sehingga intisari konsep yang ada dalam data dapat diungkapkan .
2. Mengulangi kecenderungan menggali data empiris dengan tdjdarl membuktikan kebenaran hipotesis, akibat dari adanya hipotesis yang disusun sebelumnya berdasarkan berpikir deduktif seperti dalam penelitian kuantitatif
3. Menanggulangi kecenderungan pembatas vadabel ,yang diungkapkan sesuai dengan masalah hipotesis yang disusun sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitatif padahal permasalahan dan variable dalam penelitan kuantitatif masalah sosial sangat kompleks
4. Menanggulangi adanya indeks indeks kasar seperti dalam penelitian kuantitatif yang mengunakan pengukuran numerasi (perhitungan) empiris, padahal inti sebenarnya berada dalam konsep-konsep yang timbul dari data .
Penelitian kualitatif juga bersifat menonjolkan proses bukan hasil yang dicapai dalam penelitian. Penelitian ini berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana. Pertanyaan tersebut mengungkapkan suatu proses bukan hasil dari suatu kegiatan. Menurut Nasution (1996:8-9) menyebut penelitian kualitatif dengan penelitian naturalistik kualitatif, yang juga menyebutkan bahwa ada 6 kriteria, antara lain:
1. Data langsung diambil dari setting alami
2. Penentuan sampel ditentukan secara purposive
3. Penelitian sebagai instrumen pokok
4. Lebih menekankan pads proses dari pads hasil, sehingga bersifat deskritif analitik
5. Analisa data secara incluktif
6. Mengutamakan makna dibalik data
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian yang dilakukan akan pasti memerlukan data dan informasi dari pihak yang terkait dengan masalah yang perlu diungkapkan melalui sesuatu teknik dan alat pengumpul data yang tepat. Objek yang menjadi sumber data yang dapat memberikan informasi terhadap suatu penelitian. Pada umumnya bahwa populasi merupakan responden atau yang sedang diteliti atau sekelompok orang yang sedang melakukan aktifitas dalam suatu kondisi. Selain itu populasi/sampel dapat juga berupa bukan manusia seperti waktu dan lingkungan tertentu. Sehingga peneliti seringkali tidak berhadapan dengan populasi, akan tetapi dipilih sampel dengan teknik sampling.
Penelitian kualitatif menggunakan teknik "Purposive Sampling" dan "Snowball Sampling", yakni meminta kepada responden dan menunjukan orang lain yang dapat memberikan informasi. Dalam purposive sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya, dan ini diharapkan bergulir kepada responder lain yang sejenis dengan tujuan penelitian (Snoball Sampling). Tujuan penggunaan Purposive Sampling adalah untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian ( Lincoln & Gubs, 1985:202)
Lokasi penelitian adalah di AKBID dan STIKES Ngudia Husada Madura Bangkalan”, sekitar 25 Km dari jembatan Suramadu. Penetapan lokasi di dasarkan kepada beberapa alasan yang memudahkan bagi peneliti untuk melakukan penelitian yaitu sebagai berikut: Pertama, bahwa lokasi tersebut sangat mudah dijangkau oleh peneliti, mengingat letak dan geografis yang tidak terlalu jauh, juga dapat dilewati dengan kendaraan bermotor. Kedua, kondisi kampus yang mempresentasikan dengan kampus-kampus yang ada dan sangat memungkinkan untuk dijadikan objek penelitian. Ketiga, kesamaan manajerial dan kualitas di lokasi ini, terhadap lulusan-lulusannya, terutama faktor dosen yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Keempat, studi penelitian dapat terjawab sesuai dengan kebutuhan data dan perkembangan proses penelitian di lapangan, sehingga rumusan penelitian dapat terjawab sesuai dengan prosedur penelitian.
Objek penelitian adalah keseluruhan unsur atau siapa-siapa yang memberikan informasi bagi kepentingan penelitian. Meleong (1984) menyarankan dalam penelitian kualitatif objek penelitian tidak ditetapkan jumlahnya sebelum penelitian dilakukan, namun ditetapkan sekiranya dapat memberikah informasi akurat tentang hal yang diteliti. Namun demikian berbeda dengan pendapat tersebut, Arikunto (1993:102) mengatakan bahwa, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian adalah semua pihak balk manusia maupun non manusia (dekomentasi), symbol-simbol, peralatan kerja, dan lingkungan hidup lainnya yang dipandang dapat memberikan data yang berhubungan dengan kinerja dosen.
Populasi dan sampel pada dasarnya mengacu kepada totalitas semua nilai yang mungkin, hasil pengukuran dan perhitungan, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang ingin di pelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi.Berdasarkan pandangan tersebut, objek dalam penelitian ini adalah dosen serta siswa yang menjadi objek pembelajaran serta semua yang terlibat dalam penelitian ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Keberhasilan suatu penelitian terutama penelitian kualitatif, tergantung kepada beberapa faktor antara lain: kejelasan tujuan, permasalahan penelitian, ketetapan pemilihan pendekatan/metode, serta kelengkapan informasi serta sumber data serta kemampuan interpretasi atau pemahaman peneliti terhadap informasi itu sendiri. Ketetapan suatu metode penelitian ditentukan pula oleh penerapan dan penggunaan teknik pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif ini penulis menggunakah teknik pengumpulan data yaitu: teknik wawancara, studi dekomentasi dah observasi.
1. Wawancara
Wawancara dalam penlitiah kualitatif merupakan teknik pengumpulan data yang terpenting. Wawancara sebagai bentuk komunikasi vertical dan horizontal dan proses interaksi antara peneliti dengan sumber informasi berfungsi sangat efektif dalam proses pengumpulan data. Wawancara dilakukan oleh peneliti hendaknya bersikap ramah, penuh kesabaran, datang tepat watu, sikap duduk yang sesuai, serta keseluruhan penampilan yang baik. Sebab penampilan pada waktu melakukan wawancara akan sangat menentukan terhadap perolehan informasi yang dapat dari sumber informasi. Diharapkan pewawancara memiliki konsep yang matang perihal masalah yang akan digunakan dalam melakukan wawancara, agar tidak ada pokok persoalan yang tertinggal, dan pencatatan dilakukan seefektif mungkin. Secara garis besar wawancara memiliki dua macan pedoman yaitu:
1. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar persoalan yang akan ditanyakan .
2. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai chek list, pewawancara tinggal membubuhkan tanda chek list pada nomor (Arikunto, Suharsimi, 1998:231).
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti agar efektif dan terarah, maka dibuat pedoman wawancara. Pedoman ini dipersiapkan peneliti dengan maksud membantu peneliti memfokuskan atau mengarahkan proses wawancara agar sesuai dengan tujuan pengumpulan data atau masalah yang akan diteliti. Peneliti menggunakan pedoman ini di sebabkan karena keanekaragaman SDM yang dimiliki berbeda-beda. Adanya situasi dan kondisi yang berbeda yang menyebabkan peneliti harus dibantu oleh pedoman wawancara.
Wawancara yang dilakukan kepada responder termasuk diantaranya adalah para pengajar (dosen), pihak dengan pendidikan setempat, mahasiswa dan tenaga kependidikan lainnya. Data-data yang akan ditanyakan dari wawancara diharapkan menghasilkan data sebagai berikut :
a. Jenis permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan dosen dalam pangelolaan kelas, yang ada di AKBID dan STIKES Ngudia Husada Madura Bangkalan yang menjadi obyek penelitian
b. Permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan pengajaran di kelas.
Wawancara yang peneliti lakukan adalah melalui dua tahapan yaitu: tahapan pertama: Developing Report, yaitu menciptakan suasana yang harmonis, terciptanya hubungan yang saling percaya diantara kedua belah pihak sehingga tercipta hubungan yang dialogis, tahapan kedua: Electing Information, yaitu peneliti mencoba menggali dan menguak informasi yang berkaitan dengan obyek penelitian, dan dicatat secara seksama.

2. Observasi
Teknik observasi merupakan teknik penting lainnya dalam melakukan pengumpulan data. Observasi dilakukan terhadap unit aktivitas yang lebih besar dimana khusus yang diobservasi terjadi. Pada penelitian kualitatif, suatu teknik yang tepat akan memberikan manfaat yang cukup besar karena dapat menangkap dan mendalami realitas obyek penelitian yang sebelumnya.
Teknik observasi ini memiliki tiga tahapan yaitu : pertama tingkat partisipasi pasif, dimana peneliti berperan sebagai penonton tanpa melibatkan did secara langsung dan intensif, pads pedstiwa-peristiwa atau kejadian yang menjadi obyek penelitian. Kedua tingkat partisipasi sedang, yang ditandai dengan adanya intensitas peran serta peneliti. Pada tingkat sedang peneliti melibatkan did dalam situasi tertentu. Ketiga partisipasi penuh, dimana peneliti melibatkan diri sepenuhnya ke dalam situasi obyek penelitian.
peneliti menggunakan tingkat partisipasi sedang, hal ini disebabkan karena peneliti sendiri merupakan seorang guru, yang secara otomatis memiliki persoalan yang sama dengan sumber data, namun demikian tugas peneliti bukan termasuk di wilayah tempat lokasi penelitian. Dalam menggunakan teknik observasi, observers hendaknya melengkapi dengan format atau panduan pengamatan sebagai instrumen. Format disusun berdasarkan item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan (Arikunto, Suharsimi 1998: 234).

3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif sangat membantu melengkapi data. Pengecekan kebenaran informasi atau data yang diperoleh oleh peneliti melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Studi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelaahan dan analisis serta interprestasi terhadap dokumen yang berupa sumber data non manusia. Seperti catatan pribadi, laporan, ketetapan dan peraturan, dokumen pemerintah, korespondensi, agenda, atau catatan lain yang menyangkut bukti pelaksanaan atau proses kegiatan yang pemah terjadi.
Studi dokumentasi yang digunakan oleh peneliti sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan serta meramalkan data itu sendiri. Dokumen digunakan karena bersifat stabil, berguna sebagai bukti, alamiah, ilmiah, akan membuka peluang memperluas pengetahuan dan pengalaman.
Pelaksanaan pengumpulan data melalui studi dokumentasi, Kartodirjo, seperti yang dikutip oleh Satori, Djam'an (1989 : 143) mensyaratkan perlunya dokumen yang otentik bukan palsu, isinya sesuai dengan kenyataan, data-data yang diperoleh cocok untuk menambah pengertian tentang gejala yang diteliti.


D. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini, sebagaimana yang dianjurkan oleh Miles dan Huberman (1984:23), yaitu meliputi beberapa hal: Pengumpulan data melalui berbagai cara seperti studi dokumentasi, pengamatan, wawancara dan angket (kuesioner). Data mentah yang terkumpul kemudian direduksi melalui proses pemilihan dan pemilahan, pemusatan, penyederhanaan, abstraksi dan transformasi. Beberapa teknik yang membantu dalam pereduksian data antara lain: membuat ringkasan data, catatan lapangan, pembuatan kode (coding), pembuatan tema, katagori, Waster partisi atau penulisan memo.
Tampilan data dilakukan dalam bentuk kata-kata yang dikenal sebagai teks naratif atas informasi atau kejadian yang diamati. Tampilan data hanya sebagai pembantu dan acuan dalam proses pereduksian dan pemahamannya. Verifikasi dan penarikan kesimpulan. Sebagai tahap akhir dalam penelitian ini dilakukan verifikasi dan pembahasan untuk meningkatkan obyektifitas hasil penelitian yang selaajutnya ditarik kesimpulan.
Strategi analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan atau diinterprestasikan (Moleong, 1997 : 198). Untuk dapat menafsirkan data secara baik dibutuhkan ketekunan, ketelitian, kesabaran dan kreatifitas yang tinggi sehingga mampu memberikan makna pada setiap fenomena atau data yang ada. Tahapan analisis data penelitian ini digunakan strategi sebagai berikut :
1. Penelaahan dan reduksi data, yaitu upaya menelaah seluruh data yang tersedia berbagai sumber yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi, dan sebagainya di lapangan, data yang mungkin banyak sekali, belum tertata dan masih acak, kemudian ditelaah, direduksi dengan membuat abstraksi.
2. Unititasi, yaitu langkah penyusunan data, ke dalam satuan-satuan unit masalah. Data mentah dapat diubah menjadi unit-unit yang dapat diuraikan sesuai dengan cirri-ciri dan batasan.
3. Kategorisasi, dimaksudkan untuk menyusun mengkategorikan dasar pemikiran intuisi, pendapat atau kriteria tertentu.
4. Penafsiran, data yang telah dikategorikan dalam tahap ini peneliti menggambarkan makna analisis tentang unit dan kategori serta hubungan antara unit dengan kategori.
E. Tahap Pelaksanaan/Pengumpulan Data.
Pada tahap ini peneliti mengadakan pengumpulan data secara langsung dengan pihak yang dijadikan sumber dan subyek penelitian dilingkungan mereka bertugas. Instrumen pengumpulan data yang digunakan paling dominan adalah manusia, karena perilaku manusia paling tepat direkam dengan alat manusia pula (Koentjaraningrat, 1989-116).
Proses mempermudah dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan field notes, pedoman umum wawancara, tape recorder dan gambar serta alat lain yang dipedukan. Adapun pengumpulan data menggunakan teknik-teknik seperti yang telah dikemukakan di atas secara simultan. Data yang terhimpun tersebut dipertajam, diperdalam bahkan diubah bertolak dari data yang diperoleh kemudian. Peneliti menggali data bukan hanya dari satu sumber saja, tetapi juga mencari sumber lain yang relevan dengan obyek penelitian. Agar memenuhi persyaratan, peneliti menggunakan manusia sebagai instrumen dengan ditopang oleh beberapa alat mekanik dan alat pencatat yang mudah dipakai di lapangan.
Karena peneliti juga sebagai instrumen dalam penelitian, maka peneliti tidak bersifat eksternal dan obyektif, akan tetapi internal, subyektif yaitu peneliti sendiri. Proses yang dilakukan adalah penyeleksi aspek-aspek yang khas, sehingga menghasilkan tema digodok lebih lanjut dengan cara lebih halus dan mendalam. Adapun teknik pengumpulan data yang paling utama adalah dengan menggunakan teknik observasi. Peneliti ikut langsung mengobservasi keadaan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru disamping dengan menggunakan teknik lainnya.
F. Validitas dan Reliabillitas Data
Penelitian kualitatif, validitas eksternal berdasarkan Transferability, sedang reliabilitas data dinyatakan dalam Dependability, dan obyektifitas data dinyatakan Confirmability (Lincoln and Cuba, 1985: 288). Kriteria kredibilitas (validitas internal), transferabilitas (validitas ekstemal), dependabilitas (reliabilitas, dan konfirmabilitas / obyektifitas (Nasution, 1996: 114), sebagai berikut:
1. Kredibilitas (validitas internal).
Untuk mencapai kredibilitas atau kebenaran data yang diperoleh dan mencari kecocokan antara konsep peneliti dengan konsep responder dilakukan kegiatan sebagai berikut :
a. Triangulasi, yaitu melakukan pengecekan kebenaran data dengan membandingkan data yang ada dari sumber lain dari berbagai fase lapangan dengan metode yang berbeda.
b. Membicarakannya dengan teman sejawat (Peer Debriefing). Kegiatan ini dilakukan untuk membicarakan catatan lapangan, baik dengan kolega maupun sesama profesi, misalnya dengan sesama karyawan. Kemudian juga membicarakannya dengan atasan alumni sehingga mendapatkan data yang sebenarnya.
c. Penggunaan bahan referensi, informasi yang diperoleh dari responder ditampung sebagai data penguat.
d. Melakukan member check. Mengkonfirmasikan data-data yang didapat dari berbagai sumber data. Kemudian data-data mengalami kekurangan akan ditambah serta diperbaiki bersama para sumber data.
2. Transferabilitas (validitas eskternal).
Hasil penelitian ini dapat digunakan pada situasi atau tempat yang lain, dimana memiliki kesamaan masalah. Transferabilitas dimana melihat sampai sejauh mana hasil penelitian dapat digunakan dalam situasi yang lain.
3. Dependabilitas (Reliabilitas)
Hasil penelitian ini memiliki dependabilitas atau reliabilitas tergantung pada kemungkinan orang lain mengulangi penelitian yang sama dengan memperoleh hasil yang sama pula. Oleh karena itu perlu diberi keterangan jelas mengenai:
a. Status dan kedudukan peneliti,
b. Pilihan informan,
c. Situasi dan kondisi social,
d. Definisi konsep,
e. Metode pengumpulan dan analisis data.



4. Konfirmabilitas (Objektivitas)
Konfirmabilitas yang dimaksud adalah mengkonfirmasikan kembali kebenaran terhadap data dan informasi yang diperoleh dari para sumber data. Pemeriksaan ulang tersebut menyangkut:
a. Data mentah, berupa catatan lapangan atau laporan lapangan,
b. Hasil analisis data berupa rangkuman dan konsep-konsep, dan
c. Catatan mengenai proses penelitian secara utuh.

2 komentar: